Biografi Florence Nightingale Lengkap Semasa Hidupnya


BIOGRAFI FLORENCE NIGHTINGAL CANTIK
google.com

Florence Nightingale Untuk orang awam mungkin terdengar asing mendengar nama Nightingle, tetapi untuk para medis khususnya perawat sudah biasa mendengar nama tersebut. Karena Nightingle sangat berarti dalam sejarah perawat di dunia. Oleh karena itu, saat ini saya akan menceritakan mengenai biografi Nightingle agar masyarakat awam lebih mengetahui siapa sih Nightingle yang dimaksud?

Keluarga Florence Nightingale

Nightingle memiliki nama lengkap Florence Ningtingle. Beliau lahir di Firenze(Florence), Italia pada tanggal 12 Mei 1820. Florence merupakan keturunan dari keluarga bangsawan yang terpandang. Ayahnya seorang tuan tanah kaya di Derbyshire, London yang bernama Wiliam Nightingle. Ibunya keturunan ningrat juga yang bernama Frances (“Fanny”) Nightingale née Smith. Florence memiliki seorang kakak bernama Parthenope. Semasa kecil ia tinggal di rumah mewah milik ayahnya di Lea Hurst. Saat usia remaja, ia berbeda seperti anak bangsawan lainnya yang kerjaannya hanya berdiam diri dan bermewah-mewah di rumahnya. Florence selalu keluar rumah untuk bersosialisasi dan membantu  masyarakat yang membutuhkan di sekitar rumahnya.

Kehidupan Florence Nightingale yang Menginspirasi

Pada tahun 1846 ia mengenal lebih jauh tentang Rumah Sakit Modern Pioner yang dipelopori oleh seorang Pendeta Theodor Fliedner bersama istrinya di Kaiserswerth, Jerman. Sedangkan rumah sakit tersebut dikelola oleh biarawati Lutheran dari kalangan katolik. Pada saat di sana, Florence sangat terpesona dan kagum dengan pekerjaan sosial perawat yang sealu dipraktikan oleh biarawati. Sehingga pada saat pulang ke Inggris, Florence memiliki harapan mengenai keperawatan.

Selang 5 tahun semenjak ia dari Kaiserswerth Jerman, yaitu saat usianya menginjak 31 tahun, ia menolak lamaran seorang penyair dan bangsawan yang bernama Richard Monckton Milnes. Karena ia membulatkan tekadnya untuk mengabdikan diri di dunia keperawatan. Tetapi keinginannya menjadi perawat ditentang oleh pihak keluarganya. Ibu dan kakanya melarang keras menjadi perawat, karena saat itu ditempatnya pekerjaan menjadi perawat dianggap hina. Sedangkan ayahnya membolehkan Florence untuk mengabdikan diri untuk kemanusiaan, tetapi tidak setuju jika Florence harus bekerja di rumah sakit. Karena saat itu rumah sakit merupakan tempat yang kotor dan menjijikan. Namun Florence tetap saja kembali ke Kaiserswerth. Keluarga Florence sangat khawatir terjadi implikasi sosial karena tempat untuk mendapatkan pelatihan selama 4 bulan oleh biarawati merupakan rumah sakit berlatar belakang Katholik sedangkan Florence Kristen Protestan. Lalu setelah itu, Florence juga pernah bekerja di rumah sakit orang miskin di Perancis.

Tempat Florence Nightingale Menimba Ilmu

Kemudian selang 2 tahun, tepatnya pada tanggal 12 Agustus 1953, Florence kembali ke London dan bekerja di Institute for the Care of Sick Gentlewomen, sebuah rumah sakit kecil di Upper Harley Street sebagai pengawas bagian keperawatan. Posisi ini ia tekuni hingga Oktober 1854, karena pada tahun tersebut ia menjadi sukarelawan untuk merawat korban pada Perang Krimea. Dan ayahnya selalu memberikan uang sebanyak €500 pertahun (Rp.425 juta pada saat sekarang) sehingga ia dapat meniti karirnya dengan baik dan hidup nyaman.

Pada saat Florence bekerja di rumah sakit tersebut, ia menentang keras komite rumah sakit tersebut karena peraturannya yang melarang pasien Khatolik untuk dirawat di rumah sakit tersebut. Sehingga Florence mengancam akan mengundurkan diri kecuali pihak rumah sakit merubah peraturan memberinya izin tertulis bahwa; “ Rumah Sakit akan menerima tidak saja pasien yang beragama Katolik, tetapi juga Yahudi dan agama lainnya, serta memperbolehkan mereka menerima kunjungan dari pendeta-pendeta mereka termasuk rabi, dan ulama untuk orang Islam”. Dan akhirnya komite rumah sakit pun menyetujuinya.

Perjuangan Florence Nightingale Saat Konflik

Terjadinya perang di Semenanjung Krimea tahun 1854, menimbulkan banyak korban dan  Florence membuat surat pengajuan diri untuk menjadi sukarelawan kepada Sydney Hubert yang saat itu menjabat sebagai Menteri Penerangan Inggris. Florence merupakan sukarelawan wanita satu-satunya. Untuk itu ia melatih 38 gadis untuk menjadi sukarelawan, yang salah satunya adalah bibinya yang bernama Mai Smith. Pada tanggal 21 Oktober 1854 mereka pergi ke Turki dengan menumpang sebuah kapal dan pada bulan November 1854 mereka mendarat di rumah sakit pinggir pantai di Scutari.
Pada saat Florence tiba, kondisi rumah sakit yang menjadi penampungan korban perang sangat mengerikan dan memprihatinkan. Karena korban perang bergeletakan dimana-mana tanpa ada tempat berteduh dan merawatnya. Selain itu, potongan tubuh sisa amputasi tertumpuk di luar, tidak ada yang membuangnya sehingga menimbulkan bau yang tidak sedap.

Singkat cerita, selama Florence berada sebulan di sana, keadaan rumah sakit sudah mengalami perubahan, jeritan dan rintihan prajurit yang terluka sudah berkurang, walaupun masih ada sisa bau yang tidak sedap akibat tumpukan sisa amputasi. Perawat yang bekerja di sana berada di bawah pengawasan Florence. Dan setiap malam ketika semua orang beristirahat, Florence selalu menulis pengalaman dan cita-cita  tentang keperawatan, dan obat-obatan apa saja yang ia ketahui.

Kerja keras Florence membersihkan rumah sakit tersebut tidak berpengaruh banyak. Karena kebanyakan prajurit yang meninggal bukan karena luka akibat perang, tetapi penyakit seperti tipes, tifoid, kolera, dan disentri. Sehingga rumah sakit tidak mampu untuk menampung jumlah prajurit. Akibat dari itu, menyebabkan pembuangan limbah dan ventilasi memburuk. Setelah Florence berada 6 bulan di sana, tepatnya pada bulan Maret 1955, komisi kebersihan inggris datang untuk membersihkan pembuangan limbah dan sistem ventilasi sehingga jumlah kematian menurun drastis. Awalnya Florence meyakini bahwa kematian para prajurit akibat kekurangan nutrisi dari makanan dan akibat beban kerja, tetapi setelah Florence membawa bukti-bukti ke komisi kesehatan Inggris, akhirnya Florence menyadari bahwa kematian yang tinggi para prajurit tersebut akibat kondisi rumah sakit yang kotor dan memprihatinkan. Oleh karena itu, ia mengkampanyekan bahwa pentingnya kebersihan lingkungan untuk kesehatan, yang salah satunya adalah pentingnya desain pembuangan limbah dan ventilasi udara sebuah rumah sakit.

Pada saat pertempuran  di luar kota telah berlalu, seorang bintara melapor ke Florence bahwa banyak korban berjatuhan dari kedua belah pihak. Bintara tersebut mengatakan rombongan pertama yang datang jumlahnya sedikit sedangkan rombongan kedua akan diantarkan pada esok hari karena hari akan gelap. Tetapi Florence memaksa bintara tersebut untuk mengantarkannya kepada korban karena jika ditunggu hingga besok, korban akan mati karena kehabisan darah. Dengan bekal hanya lampu lentera, mereka berangkat ke tempat para korban di bekas medan pertempuran.

Singkat cerita semenjak terjadi pertempuran, pada malam harinya Florence berkeliling mencari prajurit yang masih hidup dan yang masih dapat ditolong dengan berbekal lampu lentera. Sehingga ia terkenal dengan bidadari berlampu yang menolong di gelap gulita.

Pada tanggal 29 November 1855 ketika Florence masih di Turki, publik memberikan pengakuan kepada Florence Nightingle untuk hasil kerjanya pada saat perang. Sehingga pada saat Florence ke London, pada tanggal 7 Agustus 1957 ia kembali sebagai pahlawan. Kemudian ia diundang oleh tokoh-tokoh masyarakat untuk menghadiri suatu badan yang bernama  “Dana Nightingale”, dimana yang  menjadi Sekretaris Kehormatan adalah Sidney Herbert dan yang menjadi ketuanya adalah Adipati Cambridge. Badan tersebut berhasil mengumpulkan dana sebanyak ₤45.000 sebagai rasa terima kasih dan bangga dari masyarakat Inggris karena telah menyelamatkan banyak jiwa dari kematian.

Lalu dana tersebut oleh Florence dipakai untuk membangun sekolah perawat khusus wanita pertama yang letaknya berada di lingkungan rumah sakit St. Thomas Hospital, London. Saat dibuka pada tanggal 9 Juli 1860, berpuluh-puluh gadis mendaftarkan diri untuk dapat bersekolah di tempat terebut. Dengan didirikannya sekolah tersebut hilanglah gambaran mengenai perawat yang pekerjaannya dianggap hina, tetapi kini diletakkan dasar baru bahwa perawat merupakan seseorang yang terdidik. Saat ini sekolah tersebut bernama Sekolah Perawat dan Kebidanan Florence Nightingale (Florence Nightingale School of Nursing and Midwifery) dan merupakan bagian dari Akademi King College London.

Karya Florence Nightingale " Notes on Nursing "

Pada tahun 1860 juga Florence menulis buku setebal 136 halaman yang berjudul Notes on Nursing. Buku tersebut dipakai sebagai acuan pada kurikulum di sekolah Florence dan sekolah keperawatan lainnya. Pada tahun 1861 terbit lanjutan buku tersebut dengan tambahan bagian tentang perawatan bayi. Selang 8 tahun, yaitu pada tahun 1869 berdirilah Universitas Medis Wanita yang dipelopori oleh Florence Nightingle dan Elizabeth Blackwell.

Karir Florence terus menanjak hingga ia terus mendapatkan penghargaan dari berbagai pihak. Contohnya, pada tahun 1883 Florence dianugerahi medali Palang Merah Kerajaan (The Royal Red Cross) oleh Ratu Victoria, lalu pada tahun 1907 Florence  dianugerahi bintang jasa The Order Of Merit dan Florence Nightingale menjadi wanita pertama yang menerima bintang tanda jasa ini, dan pada tahun 1908 ia dianugerahkan Honorary Freedom of the City dari kota London.

Sudah sekitar 59 tahun, Florence mengabdikan dirinya dalam dunia keperawatan dan membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Akhirnya pada tanggal 13 Agustus 1910 saat usianya menginjak 90 tahun, Florence meninggal dunia dan dimakamkan di Gereja St. Margaret yang terletak di East Wellow, Hampshire, Inggris.

Itulah perjuangan hidup Florence Nightingale  untuk mengabdikan dirinya dalam dunia keperawatan. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menjadi perawat yang profesional seperti Florence.#Proud to be a nurse

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

silahkan komentar